PRABUMULIH, RETORIKANEWS — Robohnya dinding talud sungai Kelekar yang sudah terjadi puluhan tahun dan belum juga tersentuh pembangunan, membuat abrasi karena derasnya aliran yang sungai terus menggerus tanah warga di bantaran sungai Kelekar, tepatnya di RT 06 RW 04 Kelurahan Majasari Kota Prabumulih. Hal tersebut mengancam beberapa rumah dan akses jembatan penghubung warga yang akan roboh akibat bencana ini.
Sebelumnya warga setempat telah secara swadaya memasang talud manual sementara dari kayu dolken di dinding tanah untuk menahan hantaman derasnya air sungai di tikungan yang tepat menabrak ke arah bangunan rumah warga dan jembatan akses jalan.
Namun, karena bersifat sementara apalagi dengan kondisi banjir terakhir di Kota Prabumulih menjadi banjir yang paling parah di Kota Nanas tentu membuat talud sementara itu terlepas karena ta k kuat menahan arus.
Bagaimana tidak, semakin berputarnya waktu tanah yang di kikis air semakin menjadi-jadi ke arah rumah warga, bahkan jalan yang tadinya dari permukiman warga ke bibir sungai berjarak puluhan meter kini hanya tersisa 2 meter saja.
Atas kejadian dan antisipasi darurat bencana yang nyaris menelan korban ini , upaya masyarakat telah maksimal dengan membuat laporan dan proposal ke Pemerintah Kota Prabumulih, namun karena lambannya penanganan dari Dinas terkait, warga pun berinisiatif bergotong royong mengali secara manual tumpukan endapan sedimentasi tanah yang telah menutupi aliran asli sungai Kelekar.
Besar harapan masyarakat di RT 06 RW 04 Majasari kepada pemerintah yang setiap tahun menantikan normalisasi sungai Kelekar namun hingga saat ini masyarakat hanya bisa menunggu dan terus menunggu menanti
Sungai semakin melebar bak membentuk pulau tak berpenghuni. Lantas untuk meminimalisir kekhawatiran masyarakat sekitar bantaran saat ini sembari menunggu normalisasi terwujud, pasukan bapak-bapak sekitar bantaran sungai di bantu masyarakat Kelurahan Karang Raja membuat anak sungai.
“Ya semakin kesini tanah itu makin habis, nah Kito inisiatif dengan bapak-bapak lainya untuk gotong royong buat anak sungai supaya air dak nembak lagi ke dinding sungai itu,” ucap Sri Senan atau yang kerap di sapa Bagong saat di bincangi.
Ia juga mengatakan bahwa usai banjir terakhir kondisi dinding semakin parah, maka dengan itu menjadi alasan utama untuk mereka membuat anakan sungai.
“Kalo Kito diemke nak nunggu normalisasi dari pemerintah biso-biso habis tanah itu, kasian kawan-kawan kito yang rumahnyo di pinggir sungai ini,” tuturnya.
Kegiatan gotong royong membuat anakan sungai itu turut di bantu anak-anak yang di mulai dari pagi hingga bada Dzuhur.
Sementara Susi Windasari Lurah Majasari saat mengetahui informasi adanya gotong royong tersebut langsung turut andil. Ia mengapresiasi tinggi semangat dan kekompakan para bapak-bapak yang turut hadir gotong royong dan akan segera berkoordinasi dengan OPD serta Walikota Prabumulih.
“Semangat dan kekompakan bapak- bapak dalam gotong royong ini sangat kita apresiasi, tapi kita masih meminta agar kiranya masyarakat dapat bersabar dan akan kita koordinasikan lagi ke atasan-atasan kita,” ucapnya. (RIl)